Senin, 20 April 2009

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA I

Assalamu’alaikum War. Wab.
الحمدلله رب العالمين الصلاه والسلام على اشرف الانبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين انما بعد

Hadirin-hadirat rahimakumullah
Seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Yang telah bersusah payah dalam membesarkannya, mulai dari kita masih dalam kandungan, sampai tumbuh berkembang menjadi anak dewasa. Maka dari itu, dikesempatan ini saya akan mengulas tentang “berbakti kepada kedua orang tua”, karena setelah saya perhatikan, di zaman yang penuh tantangan dan semakin moderen ini, begitu banyak seorang anak yang sudah tidak menaruh hormat lagi kepada orang tuanya, melawan kepada apa yang di perintah oleh kedua orang tuanya, bahkan tidak jarang orang tuanya sendiri dijadikan pembantu, dijadikan babu, dijadikan tukang sapu, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai seorang anak. Kalau di nasehati, malah melawan, di kasih tahu, malah sok tahu, diancam, malah nantang. Naudzu billahi min dzalik.
Wajib hukumnya bagi kita untuk taat, patuh dan berbakti kepada kedua orang tua. Dalam perintah agama Islam, sangat sedikit anjuran agar orang tua menyayangi anaknya. Akan tetapi sebaliknya, seorang anak diperintahkan untuk berbakti, menyayangi, dan mengasihi kedua orang tuanya. Hal ini disebabkan karena walaupun kedua orang tua tidak diperintahkan untuk mengasihi anaknya, akan tetapi secara otomatis orang tua telah mengasihi anaknya. Baik seorang ayah apalagi seorang ibu. Kedua orang tua kita berkorban demi keselamatan dan kesejahteraan anaknya, mencurahkan tenaga dan fikirannya. Pengerbanan itu semua bukan karena apa, hal itu demi kemaslahatan dan masa depan anaknya agar bisa menjadi anak yang berguna bagi nusa bangsa dan agamanya, serta agar bisa menjadi seseorang yang sukses dalam kehidupannya, asalkan bisa membuat anak bahagia, bisa membuat anaknya menjadi orang yang berilmu, orang tua tidak akan segan-segan berkorban demi anaknya. Akan tetapi pengorbanan seorang anak untuk orang tuanya, masih dipertanyakan!!!. Apakah seorang anak berani berkorban begitu besar kepada kedua orang tuanya?? Betul??
“Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang penggalan”, pepatah di atas memang ada benarnya, sejak kecil, bahkan mulai dalam kandungan, orang tua bersusah payah memelihara anaknya, tapi setelah dewasa, sang anak mendapat kerja, dapat gaji, hidup mapan, kebutuhan serba berkecukupan, tapi terkadang orang tua dimarginalkan, orang tua dikesampingkan, demi kebutuhan pacarnya, istri atau suaminya.
Hadirin-hadirat rahimakumullah,
Berbakti kepada kedua orang tua adalah sesutu yang mutlak yang sudah tidak bisa ditawar lagi, karena berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban kita sebagai orang Islam. Nomor dua setelah kita meng-ESAkan Allah SWT. Seandainya ada dua tuhan yang harus disembah, tentunya Allah SWT akan memerintahkan manusia untuk menyembah kedua orang tuanya. Karena tidak mungkin adanya dua tuhan maka Allah SWT memerintahkan manusia untuk berbuat baik, dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Karena Allah SWT telah menjanjikan keberkahan yang luar biasa besar, bagi seorang anak yang tulus dan ikhlas untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Dan jangan sampai melawan atau menentang kepada orang tua, agar tidak menjadi anak yang durhaka. Anak yang berburuk sangka, hingga akhirnya masuk neraka, naudzubillah. Allah berfirman dalam Q.S Al-Isra’ : 23-25 yang berbunyi;
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاه ُُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانا ً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفّ ٍ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا ً كَرِيما ً ] 23 [ وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا ً ] 24 [ رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّه ُُ كَانَ لِلأَوَّابِينَ غَفُورا ً ] 25 [
Artinya :


Allah SWT telah memerintahkan agar mentaati dan melayani kedua orang tua kita, dan jika keduanya, atau salah satu diantara keduanya telah sakit-sakitan, karena usianya yang sudah tua, atau sakit, dan membutuhkan bantuan, maka adalah suatu kewajiban bagi kita sebagai seorang anak untuk melayani kedua orang tuanya, dan mendo’akannya demi keselamatan dan kesehatan kedua orang tua kita..
Hadirin hadirat yang saya hormati,
Ada sebagian orang yang mencari keridhaan Allah SWT, dengan berbuat sesuatu yang digunakan untuk kemaslahatan ummat, akan tetapi seseorang tersebut mengenyampingkan amalan ibadah untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Padahal, melayani, atau berbakti kepada kedua orang tua lebih baik dari amalan lain, seperti berjihad.
Sebagaimana suatu kishah yang diriwayatkan dari Anas r.a, bahwasanya ada seorang laki-laki yang masih sangat muda perawakannya, datang kepada Rasulullah saw, kemudian laki-laki itu berkata kepada Rasulullah saw, “ya Rasulullah……., saya ingin ikut berperang, saya ingin ikut berjihat seperti orang laki-laki yang lain, akan tetapi saya tidak mempunyai kekuatan, untuk melakukan jihad!!!” mendengar perkataan laki-laki itu Rasulullah saw bertanya kepadanya, “wahai anak muda, apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup??” “ya, ada ya Rasulullah saw, ibuku masih hidup. Dan beliau sekarang berada di rumah sendirian, karena ayahku sudah meninggal dunia”. Jawab laki-laki itu. Mendengar apa yang sudah dikatakan oleh laki-laki itu, kemudian Rasulullah saw bersabda “anak muda, takulah kamu kepada Allah SWT dalam menunaikan hak-hak orang tuamu. Jika engkau telah menunaikan hak-haknya, maka ketahuilah, bahwa engkau juga telah menuanaikan hak Allah SWT. Karena menunaikan hak-hak orang tua untuk menjaga dan menemani kedua orang tua, sama dengan mengerjakan haji, umrah, ataupun jihad”. Laki-laki itu terdiam, kemudian Rasulullah saw menyuruh laki-laki itu untuk pulang kerumahnya untuk menemui dan menemani ibunya.
Penghormatan terhadap seorang ibu lebih dikuatkan lagi oleh sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh abu hurairah

Artinya :
Dari Abu hurairata r.a, ia berkata seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw, lalu bertanya kepada beliau, “ya Rasulullah saw…, siapakah yang berhak aku layani (patuhi)”, Nabi menjawab “ibumu”, laki-laki itu bertanya, “kemudian siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu”, laki-laki itu bertanya lagi, “kemudian siapa?”, Nabi menjawab, “Ibumu”, berkata laki-laki itu, “kemudian siapa?” kemudian Nabi menjawab “ayahmu”.

Dapat digambarkan sosok Ibu adalah sosok yang lemah, jika diperlakukan dengan buruk atau kasar maka beliau akan menangis, sedih dan berduka cita. Untuk itu melayani ibu dengan baik, lebih ditekankan berulang kali oleh rasulullah saw kepada kita semua. Saya jadi teringat, dalam sebuah syair qasidah yang pernah saya dengar dimasa kecil saya dulu,
Ibu, kaulah wanita yang mulia
Derajatmu tiga tingakat
Dibandinga ayah
Kau mengandung, Melahirkan, menyusui,
Mengasuh dan merawat,
Lalu membesarkan putra-putrimu ibu.
Lautan kasih sayang, pada setiap insan
Matahari dan bulan tak dapat diumpamakan
Ridhonya ibumu, ridho tuhan juga
Sorganya untukmu dibawah kakinya
Dari itu, jangan jadi anak yang durhaka.

Sedangkan seorang ayah adalah sosok yang kuat, jika kita tidak melaksanakan apa yang diinginkannya, maka beliau akan marah dan memukul kita. Dengan demikian karena Rasulullah saw menekankan hingga tiga kali terhadap hak-hak ibu, agar hak seorang ibu di laksanakan terlebih dahulu.
Sebagai seorang anak anak, sebaiknya selalu melaksanakan hak-hak kedua orang tua, dan mentaati terhadap perintah kedua orang tuanya. Jangan sampai kedua orang tua merasa anak-anaknya sudah tidak mentaatinya. Jadi jangan sampai menjadi anak yang durhaka, agar tidak celaka, agar tidak kekal di neraka, dan bisa merasakan nikmatnya surga.
Hadirin hadirat rahimakumullah
Balasan bagi seseorang yang berbakti kepada kedua orang tua dengan ikhlas, sangat besar nikmat yang akan diperoleh dari Allah SWT. Seperti dalam suatu kisah yang terjadi di masa Nabi Sulaiman as, pada saat itu Nabi Sulaiman as diwaktu malam ketika beliu sedang tidur, Nabi Sulaiman as bermimpi diperintah oleh Allah SWT untuk mendatangi sebuah laut, karena di laut itu Allah SWT akan memperlihatkan sebuah mu’jizat yang sangat penting dan penuh hikmah.
Keesokan harinya, Nabi Sulaiman as bersama kaumnya (dari bangsa manusi, jin, dan tumbuhan) pergi ke laut untuk membuktikan terhadap apa yang dimimpikannya pada malam itu. Lama Nabi Sulaiman as bersama pengikutnya menunggu di laut, kemudian datang wahyu dari Allah SWT, untuk memerintahkan Nabi Sulaiman as, menyuruh kaumnya dari bangsa jin untuk pergi kedasar laut untuk melihat dan mengambil sesuatu yang akan ditemukannya di dasar laut.
Kemudian Nabi Sulaiman as memerintah salah seorang jin untuk mencari sesuatu di dasar laut. Jin itupun menyelam ke dasar laut, akan tetapi jin itu tidak menemukan sesuatu. Kemudian Nabi Sulaiman as memerintahkan jin yang kedua yang lebih pentar, dan lebih tinggi ilmunya dari jin yang pertama, untuk menyelam ke dasar laut dan mengambil sesuatu di dasar laut. Akhirnya jin itupun menyelam ke dalam laut. Tak lama kemudian jin itu muncul ke permukaan, sambil menenteng sebuah istana kecil. Kemudian istana kecil itu di serahkan kepada Nabi Sulaiman as, ketika Nabi Sulaiman as memegang istana kecil itu, dan melihat apa yang yang ada di dalamnya, Nabi Sulaiman as terkeju ternyata didalam istana kecil itu terdapat seorang pemuda tampan yang sedang beribadah melakukan shalat. Kemudian Nabi Sulaiman as bertanya kepada pemuda tampan itu, “sipakah dirimu wahai pemuda tempan yang ahli ibadah?” pemuda itu menjawab, “saya adalah ummat Nabi Ibrahim” setelah mendengar jawaban dari pemuda itu, Nabi Sulaiman as menhitung waktu mulai dari masa Nabi Ibrahim sampai masanya, ternyata bukan wakti yang sedikit. 2000 tahun, waktu yang sangat lama sekali. Kemudian Nabi Sulaiman as bertanya lagi, “bagaimana enkau memperoleh anugrah yang sedemikian besar dari Allah SWT, dilanggengkan ketaatan ibadah kepada-NYA? Dan apa yang telah eangkau lakukan di masa lalumu?” kemudin pemuda dalam istana kecil itu menjawab “dulu, aku berbakti kepada kedua orang tuaku dengan ikhlas, aku mempunyai seorang ayah, tetapi buta. Dan aku mempunyai seorang ibu, akan tetapi lumpuh. Dan aku merawat dan melayani kedua orang tuaku dengan ikhlas. Saat menjelang ajalnya, ayahku berdo’a,”ya Allah SWT, panjangkanlah umur putraku”, kemudin ibuku juga mendo’akanku kepada Allah SWT untuk melanggengkan ketaatan dalam beribadah kepada Allah SWT”.
Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Sulaiman as, untuk bertanya apakah pemuda itu berkenan untuk hidup lazim bersama Nabi Sulaiman as dan pengikutnya. Nabi Sulaiman as pun menanyakannya pada pemuda itu, dan pemuda itupun menjawab “tidak, aku lebih menyukai kehidupan yang kujalani sekarang. Aku inin kembali kedasar laut bersama istana kecilku”. Kemudian Nabi Sulaiman as kembali memerintahkan jinnya untuk mengembalikan pemuda itu ke tempat asalnya didasar laut.
Hadirin hadirat yang saya hormati
Dari kishah tersebut sudah jelas, jika seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya dengan ikhlas, Allah SWT akan memberi balasan yang begitu besar, maka dari itu berbaktilah kepada kedua orang tua, jangan jadi anak durhaka, agar tidak celaka, dan jangan berburuk sangka kepada kedua orang tua, agar kita tidak sengsara, dan masuk neraka.
Cukup kiranya sampai disini dulu perjumpaan kita, jikalau ada sumur diladang, bolehlah saya menumpang mandi. Jikalau ada umur yang panjang, bolehlah saya di undang lagi.


Wallahul muwafiq aqwamithariq
Wassalamu’alaikum War. wab







E. Benat, Maulana Ahmad, “Berbakti Kepada Kedua Orang Tua”, cahaya hikmah, yogyakarta, 2003
Hasyim, Umar, “Anak Shaleh”, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1995
Safitri, Nia, “anak shaleh”, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar