Senin, 20 April 2009

MENCERDASKAN KEHIDUPAN UMMAT

Assalamu’alaikum war. War

الحمدلله رب العالمين الصلاه والسلام على اشرف الانبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين انما بعد

Hadirin-hadirat yang mudah-mudahan dimulyakan Allah SWT
Dikesempatan ini, saya akan menyampaikan pembahasan tentang mencerdaskan kehidupan ummat. Karena kita tau sendiri, bahwasanya kita sebagai mahluk ciptaan Allah SWT adalah makhluk yang sangat sempurna, dan lebih mulia dibandingkan dengan mahluk ciptaan Allah SWT yang lain. Karena kita tercipta sebagai manusia, telah disempurnakan dengan akal. Apabila akal dipergunakan dengan baik, yaitu untuk berfikir, dan digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang belum diketahui. Maka, dengan mempelajari ilmu yang yang belum kita ketahui, tidak menutup kemungkinan akan membuat kita menjadi seseorang yang pandai. Apalagi, seseorang mempunyai ilmu, dan mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya.
Penertian dari “ilmu”, yaitu suatu sifat yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menuju kea rah terang, dan jelas bagi orang yang memilikinya, sehingga mengetahui sesuatu itu dengan sempurna. Artinya, dengan adanya ilmu yang dimiliki oleh manusia, seseorang akan dapat menyelesaikan semua perkara yang di hadapi selama hidup di dunia, dapat teratasi dengan sempurna sehingga semua permasalahan yang dihadapi bisa terselesaikan dengan baik. (syekh Az-Zarnuji, : 8)
Manusia sangat berbeda dengan mahluk ciptaan Allah SWT yang lain, karena manusia telah disempurnakan dengan ilmu. Kemuliaan ilmu sudah jelas, karena ilmu merupakan pemberian tuhan yang khusus kepada bangsa manusia. Sedangkan semua sifat selain ilmu, baik manusia ataupun hewan, masing-masing saling mempunyai. Seperti, sifat berani, penakut, kuat, belas kasihan, dan lain-lainnya selain sifat ilmu. Karena dengan ilmu, Allah SWT memberi kemuliaan kepada Nabi Adam a.s. menjadi lebih unggul dari para malaikat. Sehingga Allah SWT memerintahkan para malaikat agar bersujut kepada Nabi Adam a.s.
Mulianya manusia dibandingkan dengan para malaikat bukan dalam kekuatan, keperkasaan, ataupun kekuasaan dan kemegahan, akan tetapi di dalam ilmu dan pengetahuan yang menjadi lambing keunggulan dan keistimewaan tertinggi yang dapat dibuktikan. (Prof. Dr. Muhammad Ghallab, 1996: 60)
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 31-33 yang berbunyi:

Hadirin-hadirat rahimakumullah,
Sesungguhnya, ilmu itu telah menjadi mulia, karena menjadi sarana untuk menuju takwa kepada Allah SWT. Dengan takwa Nabi Adam a.s. mendapat hak untuk memperoleh kemuliaan, dan kebahagiaan yang abadi di sisi Allah SWT. Kita shalat, harus tau ilmu tentang shalat. Kita puasa, harus tau ilmu tentang puasa. Kita mau berzakat, ada ilmu tentang zakat. Cara bicara, berjalan, makan semua ada ilmunya. Jadi, dalam kehidupan kita tidak akan terlepas dari ilmu. Maka dari itu, teruslah belajar, mencari ilmu agar bisa menjadi insan kamil yaitu manusia yang mulia. Adalah kewajiban bagi kita semua sebagai orang Islam, untuk mencari ilmu. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :


Artinya
Mencari ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.

Dari hadits di atas dapat kita fahami, bahwasanya adalah suatu kewajiban bagi kita orang Islam untuk mencari ilmu untuk menambah pengetahuan. Karena sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah suatu hiasan bagi seseorang yang memilikinya. Karena dengan ilmu yang di milikinya akan memulyakan dirinya. Sebagaimana yang dialami oleh Nabi Sulaiman a.s. beliau di anugrahkan untuk memilih diantara dua mu’jizat yang akan diberikan oleh Allah SWT. Yaitu, antara mu’jizat kerajaan yang megah, atau ilmu yang barokah. Akan tetapi Nabi Sulaiman a.s. lebih memilih ilmu sebagai mu’jizat yang akan di anugrahkan Allah SWT kepada Nabi Sulaiman a.s. akan tetapi Allah SWT menganugrahkan ilmu dan kerajaan. Akhirnya, sebagai khalifah di bumi Nabi Sulaiman a.s. di anugrahkan ilmu yang senantiasa di milikinya, dan kerajaan yang megah.
Dengan ilmu Nabi Sulaiman a.s. bisa menjadi orang yang sangat mulia, dengan ilmu Nabi Sulaiman menjadi kaya raya, dengan ilmu Nabi Sulaiman menjadi sosok yang bisa menguasai segala bahasa, karena ilmu juga, Nabi Sulaiman a.s. menjadi raja yang cerdas, bijaksana, dan terpercaya. Sebagai bukti kecerdasan beliu, pernah suatu ketika ada permasalahan tentang perebutan seorang anak yang di akui oleh dua orang perempuan. Perempuan yang satu sudah setengah baya, dan perempuan yang satunya lagi perempuan muda. Kedua perempuan, itu berselisih sama-sama mengakui ibu dari bayi tersebut. Nabi Sulaiman a.s. memberikan keputusan bahwasanya, ibu dari bayi tersebut adalah putra dari perempuan yang lebih tua. Akan tetapi perempuan yang muda tidak terima dengan keputusan Nabi Sulaiman a.s. seraya berkata, “wahai Nabi Sulaiman a.s.,,,,,,,, saya tidak terima dengan keputusan itu, karena akulah ibu dari bayi itu. Saya minta keputusan yang adil” melihat situasi yang seperti itu, Nabi Sulaiman .a.s. tidak ambil pusing, berkat kecerdasan yang dimilikinya, Nabi Sulaiman a.s. akhirnya memberi keputusan kepada kedua perempuan itu, “biar lebih adil maka bayi itu akan saya potong menjadi dua. Separuh bagian dari tubuh bayi itu dimiliki oleh perempuan yang lebih tua, dan sebagian lagi dimiliki oleh perempuan yang lebih muda.”. “iya…. Nabi Sulaiman a.s. saya setuju dengan keputusan itu.” Jawab perempuan yang lebih tua. Akan tetapi dengan rasa kecewa dan sangat bersedih perempuan yang lebih muda berkata kepada Nabi Sulaiman a.s. “wahai Nabi Sulaiman a.s…….., dari pada bayi itu di potong menjadi dua, dan mati dengan sia-sia, dengan berat hati, lebih baik bayi itu diserahkan dan dirawat oleh perempuan yang lebih tua saja. Karena saya tidak tega apabila bayi itu meninggal.” Dari jawaban itu Nabi Sulaiman a.s. mangetahui bahwa perempuan yang lebih muda itu, adalah ibu dari bayi yang sedang diperebutkan oleh dua orang perempuan itu. Nabi Sulaiman a.s. menyimpulkan bahwasanya tidak ada seorang ibu yang tega melihat anak kandungnya sendiri di potong menjadi dua, dan mati dengan sia-sia. Akhirnya berkat kecerdasan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman a.s. permasalahan yang rumit itu, bisa terselesaikan.
Dengan adanya ilmu yang dimiliki seseorang, setiap permasalahan akan mudah terselesaikan.
Hadirin-hadirat yang saya hormati,
Ketika ada seseorang yang benar-benar ingin mencari ilmu, dan mengamalkan terhadap ilmu yang di amalkannya, maka seseorang yang mencari ilmu tersebut harus sabar menerima ujian dan cobaan. Dalam syi’irannya Sayyidina Ali r.a. tentang syarat untuk memperoleh ilmu yaitu,


Ingatlah, sesungguhnya engkau tidak akan dapat memperoleh ilmu, kecuali dengan memenuhi syarat yang enam perkara, yang akan aku terangkan secara ringkas, yaitu:


1. Cerdas, 2. Rajin, 3. Sabar, 4. Mempunyai bekal, 5. Petunjuk guru, 6. Waktu yang panjang.
(syekh Az-Zarnuji, : 21)

Sebagai seorang pelajar atau orang yang mencari ilmu hendaknya di mulai sejak usianya masih dini. Agar lebih mudah dalam mengingat, serta ilmu yang telah dipelajarinya tidak terlupakan, walau usia pencari ilmu itu sudah lanjut. Sebagaimana pepatah yang dijadikan sebagai lirikan dari sebuah lagu, yaitu:

Belajar di waktu kecil
Bagai mengukir di atas batu
Belajar sesudah dewasa
Bagai mengukir di atas air.

Hadirin-hadirat rahimakumullah
Seorang pencari ilmu sebaiknya juga memperhatikan terhadap ilmu yang akan di carinya. Yaitu mempelajari ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya, baik di dunia dan akhirat. Seorang pencari ilmu juga harus bisa mencari seorang seorang guru yang akan mengajarinya. Maka dari itu, carilah guru yang benar-bener alim atau lebih pandai, tidak lupa pula, seorang pencari ilmu juga harus bisa memilih teman. Berhati-hatilah dalam memilih teman. karena peran dari seorang teman itu sangat berpengaruh terhadap kepribadian yang kita miliki.
Tidurnya orang yang berilmu lebih baik dari pada ibadahnya orang bodoh. Sebagaimana kishah yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Pada suatu ketika, Rasulullah SAW melihat syetan sedang berada di pintu masjid. Rasulullah SAW bertanya kepada syetan itu. “hai….Iblis, apa yang sedang engkau lakukan di sini?” Iblis menjawab, “saya hendak mengacau shalatnya pria yang sedang melakukan shalat itu. Dan aku takut apabila mengganggu terhadap pria yang sedang tidur di sebelahnya itu.” Kemudian Rasulullah SAW kembali bertanya “kenapa engkau tidak takut terhadap orang yang sedang melakukan shalat? Padahal orang itu sedang beribadah, sedang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Akan tetapi engkau malah takut terhadap orang yang sedang tidur, padahal orang itu dalam keadaan tidak sadar.!!!!” Karena orang yang shalat itu adalah orang yang bodoh, yang mudah sekali untuk mengganggunya atau mangacaunya. Sedangkan orang yang tidur itu adalah orang yang alim, orang yang mempunyai ilmu dan apabila sewaktu-waktu orang alim itu sadar dari tidurnya, dapat manggagalkan terhadap rencanaku untuk mengacaukan atau mengganggu terhadap orang bodoh itu. Jawab Iblis itu terhadap pertanyaan Rasulullah SAW. Subhanallah begitu mulianya orang yang mempunyai ilmu.(Salim Bahreisy, 1977, 26)
Hadirin hadirat rahimakumullah
Cukup sampai di sini dulu perjumpaan kita di kesempatan ini, mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin Allahumma amin. Mohon ma’af apabila ada kesalahan.
Wallahul Muafiq Ila Aqwamitthariq
Wassalamu’alaikum War. Wab


REFERENSI:
Syekh Az-Zarniji, Pedoman Belajar Pelajar Dan Santri (Terjemahan Dari Kitab Ta’limul Muta’allim), Al-Hidayah, Surabaya.
Muhammad Ghallab, Inilah Hakikat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1966.
Salim Bahreisy, Bekal Juru Dakwah, TB. Balai Buku, Surabaya, 1977

Tidak ada komentar:

Posting Komentar