Senin, 20 April 2009

LISAN DAN KESELAMATAN MANUSIA

Asslamu’alaikum War. Wab

الحمدلله رب العالمين الصلاه والسلام على اشرف الانبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين انما بعد

Hadirin-hadirat rahimakumullah
Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Lalu Allah SWT menghiasi manusia dengan akal yang sempurna, dan berbagai macam ilmu pengetahuan sehingga bisa menjadi mahluk yang utama dan yang termulia dari mahluk-mahluk yang lain. Maka untuk menyebar luaskan ilmu itu, Allah SWT menganugrahkan “lidah” kepada manusia, sebagai alat pembantu untuk mentarjamah, ataupun untuk menyampaikan ilmu.
Dengan lisan manusia bisa mengucapkan rasa syukur, dengan lisan manusia bisa berkata dengan nada yang sopan dan taratur, dengan lisan manusia bisa berkata dengan jujur, dengan lisan manusia bisa menjadi masyhur, juga dengan lisan manusia bisa menjadi takabbur, bahkan menjadi orang yang kufur, dan juga dengan lisan, manusiapun bisa menjadi hancur.
Ada benarnya juga pepatah yang mengatakan, tajamnya lidah lebih tajam daripada pedang. Kerena luka yang disebabkan oleh pedang ataupun pisau masih bisa diobati, akan tetapi luka karena tajamnya lidah atau sebuah ucapan akan sulit sembuhnya.
Oleh sebab itulah, dalam kesempatan pagi yang cerah ini saya akan menyampaikan tentang lisan dan keselamatan manusia. Semua orang tau bahwa lisan merupakan salah satu organ yang ada pada diri manusia,
Sadarkah kita, bahwa setiap ucapan yang kita lontarkan akan dimintai pertanggung jawaban!!!? Oleh sebab itu, sebaiknya kita menjaga lisan kita, cara bicara kita jangan sampai menyakiti hati orang lain, kalau diri kita tidak mau disakiti oleh orang lain. Seseorang yang tidak bisa menjaga lisannya dari perkataan kotor, yaitu suka mencela, merendahkan orang lain, pada dasarnya orang tersebut sedang mencela dan merendahkan dirinya sendiri. (Ali Nuruddin, 2003 : 10)
Hadirin sekalian yang saya hormati
Bahaya yang ditimbulkan oleh lisan pada diri manusia sangat besar. Dan seseorang tidak akan terlepas dari bahayanya lisan kecuali orang tersebut diam.
Ada pepatah yang mengatakan “kalau berkata itu perak, maka diam itu adalah emas”. Keutamaan diam bagi seseorang diantaranya yaitu : terhindar dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh lidah. Misalnya, berbohong, mengumpat, bersilat lidah, membuka aib (yaitu hal-hal yang harus disembunyikan, atau hal-hal yang tidak penting untuk dibicarakan). Jadi sebagai kunci penyelamat dari bahaya-bahaya tersebut, adalah diam. Karena dengan diam, banyak hal yang terkandung di dalamnnya yaitu, menggunakan waktu untuk berfikir, tetapnya kehormatan diri seseorang untuk beribadah. (Immun Blitary, tt, 20)

Allah SWT berfirman dalam Q.S Qaf : 8 ysng berbunyi,

مَنْ يَلْفِظً مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِِيبٌ عَتِيلٌ
Artinya :
Tidak ada suatu ucapan yang di ucapkan melainkan ada didekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir.

Hadirin-hadirat rahimakumullah
Barbicaralah pada sesuatu yang mengandung arti atau mengandung faedah, dan jangan barbicara sesuatu yang hanya menyia-nyiakan waktu, yang hanya bisa membuat payah lisan kita sendiri. Daripada berbicara hal yang tidak perlu, meka alangkah lebih baiknya apabila dialihkan pada berdzikir, yaitu mengingat, menyebut asma Allah SWT. Tanpa harus berlebih-lebihan dalam berbicara, cukup dengan sepatah kata, tanpa harus diulangi berkali-kali, dengan berkata hal-hal yang tidak penting.
Keselamatan seseorang bisa dikendalikan dari lisannya. Apa bila seseorang bisa menjaga lisannya dengan baik, maka keselamatan akan terjamin bagi orang tersebut. Sebagaimana kisah dari Ubbah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Rasulullah SAW pada suatu hari menaiki tunggangannya, sedangkan para sahabat yang bersamanya berada di depannya. Kemudian Mu’adz bin Jabal r.a yang semula di belakang datang menghadap Rasulullah SAW, dan berkata, “wahai Nabi Allah SWT, bolehkah aku maju ke hadapanmu dengan niat yang baik???“ kemudian Rasulullah SAW menjawab, “boleh”. Kemudian Mu’adz bin Jabal menghampirinya, kemudian dia berjalan bersamaan dengan Rasulullah SAW.
Di tengah perjalanan, Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah SAW, “wahai Rasulullah SAW, beri tahu aku amalan apa yang bisa memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari api neraka??” kemudian Rasulullah SAW menjawab “Mu’adz, kamu telah menanyakan kepadaku perkara yang besar. Untuk masuk surga, dan dijauhkan dari api neraka, sungguh itu adalah hal yang sangat mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah SWT.”
Kemudian Rasulullah SAW menambahkan fatwanya di sela-sela sikap diamnya Mu’adz bin Jabal yang masih belum faham terhadap apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. “Mu’adz bin Jabal, sembahlah Allah SWT, dan jangan menyekutukanNya dengan sesuatu, lalu kamu menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan menunaikan haji ke baitullah.” Mu’adz bin Jabalpun mengerti terhadap apa yang Rasulullah SAW maksud.
Setelah itu Rasulullah SAW bersabda lagi, “Mu’adz bin Jabal, maukah kamu kutunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?” “iya saya mau ya Rasulullah SAW” jawab Mu’adz bin Jabal dengan tegas. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa adalah perisai, sedekah bisa menghapus kesalahan atau dosa-dosa kecil seperti air memadamkan api, dan shalatnya seseorang pada tengah malam” kemudian Rasulullh SAW membacakan ayat Q.S As-Sajadah : 16-17 yang berbunyi;


تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفا ً وَطَمَعا ً وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ] 16 [ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْس ٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُن ٍ جَزَاء ً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ] 17
Artinya :
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdo’a pada Rabbnya dengan rasa takut, dan harap, dan meraka menafkahkan sebagian dari rizki ysng telah kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Hadirin-hadirat yang saya hormati
Setelah itu beliau bersabda “Mu’adz bin Jabal, maukah kamu kuberi tahu tentang pokok semua perkara, tiangnya dan puncaknya?” Mu’adz bin Jabal menjawab “ya, wahai Rasulullah SAW” kemudian Rasulullah bersabda “pokok semua perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.”
Kemudian Rasulullah SAW bertanya lagi pada Mu’adz bin Jabal, “maukah kamu kuberi tahu tentang pengendali dari semua itu?” “ya, wahai Nabi Allah SWT” jawab Mu’adz bin Jabal. Lalu Rasulullah SAW memegang mulutnya dan bersabda “tahanlah olehmu ini.” (yang beliau maksud adalah mulut / lisan).
Kemudian Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah SAW, “wahai Nabi Allah SWT, kenapa harus lisan? Apa kita akan disiksa terhadap apa yang telah kita ucapkan?” Rasulullah SAW menjawab “wahai Mu’adz bin Jabal yang bisa menjungkir balikkan manusia di neraka bukan karana muka ataupun rongga hidungnya, akan tetapi buah bibirnya, yaitu kata-kata yang telah diucapkan. Karena barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaknya seseorang tersebut berkata baik, dan meninggalkan kejelekan. Katakanlah yang baik maka kalian akan beruntung, dan tinggalkan kejelekan maka kalian akan selamat.”(Gunaim Ihsan, 2004 : 59)
Sebagai seorang muslim, seharusnya kita mengetahui kapan saatnya bicara, dan kapan saatnya kita diam. Karena terkadang apabila seseorang tidak bisa menjaga atau mengendalikan lisannya, akan menimbulkan penyakit yang akan meradang dalam diri seseorang karena keteledorannya dalam menjaga lisan. Sehingga bisa menjadikan seseorang berbicara bohong, berkhianat, menggunjing atau membicarakan aib seseorang, menimbulkan fitnah, serta bisa menjadikan seseorang yang munafik.
Diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani, dari syaqiq r.a, bahwasanya Abdullah r.a berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda ;
أَكْثَرُ خَطَايَا اِبْنِ اَدَمَ فِى لِسَانِهِ
Artinya :
Kebanyakan kesalahan yang diperbuat bani adam itu terletak pada lisannya.

Hadirin sekalian yang saya hormati
Ada beberapa penyakit yang akan dirasakan oleh manusia yang selalu mengumbar lisannya, sehingga menjadikan manusia yang tidak akan selamat dari jilatan api neraka, apabila tidak menjaga lisannya. Karena daripada banyak bicara, lebih baik diam. Kecuali dalam amar ma’ruf nahi munkar(yaitu berbuat baik dan menjauhkan diri dari kejelekan atu keburukan). Penyakit yang akan dirasakan oleh para pengumbar lisan adalah ;
1. Meremehkan terhadap perintah-perintah Allah SWT. dan Rasullnya. Karena Alah SWT dan juga Rasulullah SWT telah memerintahkan untuk menjaga lisan. Jika kita memang benar-benar mencintai Allah SWT dan Rasulnya, maka kita sebagai hambanya akan menjalankan apa yang diperintahkan.
2. Kurang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Diam bisa saja menjadi bagian dari iaman kepada Allah SWT dari hari akhir. Karena banyak orang yang asik menggunjing karena mereka mengira berjalan pada kebaikan. Akan tetapi, dia tidak sadar, bahwa imannya akan terkikis sesuai dengan kadar kesalahan lisannya.
3. Meremehkan Malaikat pengawas yang selalu hadir (Raqib A’tid). Kapanpu dan dimanapun kita berada akan ada dua mahluk Allah SWT yang akan senantiasa mengawasi dan mencatat tiap perkataan dan gerak-gerik kita.
4. Kurang percaya adanya siksa kubur, surga dan neraka. Karena bagi mereka yang bener-benar menjaga lisannya, tidak akan mengumbar perkataan yang jelek. Dan sebaliknya ketika seseorang sudah berkata kotor, maka orang tersebut akan berbuat hal yang dilarang oleh syari’at sehingga bisa menjadikannya jauh untuk mencapai surga. Sebagai hamba Allah SWT, maka amar ma’ruf nahi munkar pasti akan dilakukannya.
5. Hatinya rusak. Lisan adalah bagian dari jasad. Jika lisan baik, maka semata-mata itu karena baiknya kualitas hati. Namun jika lisan rusak, maka itu semata-mata karena jeleknya kualitas hati.
6. Kurang sabar. Mengumbar lisan dengan omongan bathil, ketidak sabaran seseorang. Jika dia sabar, maka lisannya akan bisa menahan untuk menyikapi buah bibir.
7. Merasa kurang dan lemah kepribadiannya. Sehingga dia tidak bisa mandiri, artinya orang tersebut harus mempunya seseorang yang bersamanya. Untuk mendapatkan seseorang tersebut dia bersilat lidah dengan menjelekken yang ini, dan memuji yang itu.
8. Iri dengki. Salah satu factor yang mendorong untuk berkata jahat adalah rasa iri. Jika seseorang sudah diselimuti oleh rasa iri, maka mengadu domba dan memicu konflik atara orang yang didengki dengan orang lain, atau mengejek dan mempermalukan orang yang didengki.
9. Sombong. Terkadang cercaan dan celaan yang dilontarkan mulut seseorang, karena di dalam hatinya terpendam kesombongan dan kekaguman pada dirinya sendiri.

Maka dari itu marilah kita jaga lisan kita, dari perkataan kotor yang bisa menyakiti hati seseorang,. agar bisa menjaga keselamatan kita dari semua sifat yang buruk, dan menjaga diri kita dari jilatan api neraka, karena setiap apa yang kita ucapka membutuhkan pertanggung jawaban.
Sampai disini dulu pertemuan kita dipagi ini, mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bisa bermanfaat buat kita semua. Amin, amin yarabbal alamin. Akhirul kalam,



Ihdinassirathal mustqim,
Wassalamu’alaikum War. Wab







REVERENSI :

Gunaim, Ihsan, Saat Diam Saat Bicara (Menejmen Lisan) Tarjemahan Hasa’id Al-Alsun, Oleh Husain Al-Awasiah, Darul Haq, Jakarta,2004
Zuhri, Saifuddin, Jujur (Modal Kebahagiaan Dan Keselamatan Dunia Akhirat), Tarjemahan Dari Ash-Shidqu Munjad Oleh Sa’id Abdul Azhim, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
Zainuddin, Bahaya Lidah, Tarjemahan Dari Ihya’ Ulumuddin, Oleh Imam Al-Ghazali, Bumi Aksara, Jakarta, 1994
Nurdin, Ali, Amal Yang Paling Disukai, Erlangga, Jakarta, 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar